MEMAKSIMALKAN PERAN IBU



Oleh: Ummu Soleha (Pemerhati Anak dan Keluarga)


Tidaklah dipungkiri bahwa menjadi ibu saat ini diliputi kekhawatiran akan anak-anaknya dalam pengasuhan dan juga dalam pendidikan mereka. Betapa tidak, hari ini banyak kejahatan yang mengancam anak-anak kita baik di lingkungan sekolah masyarakat bahkan lingkungan keluarga, mulai dari pergaulan bebas, kejahatan seksual, narkoba, minuman keras, pornografi dan pornoaksi belum lagi dengan sistem pendidikan hari ini yang begitu membebani anak, menjauhkan anak-anak dari keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT karena sistem ini berlandaskan sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan.

Namun betapapun kompleks permasalahan hari ini tidaklah boleh mengurangi rasa syukur kita kepada Allah SWT Sang Maha pemberi kehidupan kepada kita. Karena bagian dari ketetapan Allah lah kita hidup di masa ini. Hendaknya senantiasa menyerahkan penjagaan dan perlindungan anak-anak kita semata kepada Allah SWT. Sehebat apapun kita menjaga dan melindungi anak kita, terkadang pernah pula mereka terjatuh atau terluka di hadapan kita, ibunya sendiri. Ini menunjukkan bahwa penjagaan terbaik bukanlah semata dari kita.
Menyerahkan penjagaan dan perlindungan anak-anak kita kepada Allah SWT semata adalah sebuah keharusan. Namun Allah juga mewajibkan bagi seorang ibu untuk menjalankan tugas yang diamanahkan kepadanya yaitu sebagai _Ummu wa robbah bayt_ ibu dan pengatur rumah tangga.

Syariah Islam telah menetapkan bahwa wanita adalah seorang ibu dan pengaturan rumah tangga. Untuk itu Syariah Islam telah mendatangkan bagi wanita seperangkat hukum yang berkaitan dengan kehamilan, kelahiran, penyusunan, pengasuhan ataupun berkaitan dengan masa Iddah. Tidak sedikit pun ditetapkan bagi pria. Karena hukum-hukum tersebut memang hanya berhubungan dengan perempuan dalam kedudukannya sebagai perempuan. Maka syara' telah memberikan kepada wanita yakni tanggung jawab terhadap anak-anak mulai dari hamil, kelahiran, penyusunan pengasuhan dan termasuk di dalamnya aktivitas pendidikan. Aktivitas ini merupakan aktivitas wanita yang paling penting dan tanggung jawab paling besar bagi seorang wanita. Oleh karena itu dari sini dapat dikatakan bahwa tugas pokok seorang wanita adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga (Ummu WA robbah al-bayt).

Memang sungguh tidaklah mudah pada saat ini menjalankan aktivitas tersebut di tengah banyaknya tantangan dan hambatan di sekitar kita belum lagi gempuran propaganda terhadap para wanita terkhusus para ibu. Semua ide sekuler saat ini menggiring para ibu untuk terjun di sektor publik, mengejar karir hanya sekedar untuk memperoleh materi belaka. Apalagi bila sudah berbenturan dengan permasalahan ekonomi tak pelak tugas pokok pun harus diabaikan.

Allah SWT menetapkan sebuah ketetapan atas wanita sebagai Ummu Warobbah al-bayt karena semata-mata itu jalan terbaik, itulah yang mampu menjaga anak-anak dari keberbahayaan yang mengancam diakibatkan sistem hari ini. Seorang ibu yang memiliki kesadaran akan kerusakan sistem dan hendak menjaga dan menghantarkan anak-anak pada sebaik-baik umat maka harus menjalankan tugas ini. Namun usaha yang keras dan kesungguhan yang berlipat-lipat ganda di butuhkan disini karena ibu harus bekerja untuk melawan sistem yang bertolak belakang ini dari fitrahnya sebagai seorang ibu.


Dibutuhkan keyakinan yang kuat pada ibu bahwa Allah SWT telah menginstalkan pada diri ibu semua kemampuan terkait dengan aktivitas Ummu Wa robbah al-bayt, layaknya kemampuan menyusui seorang ibu, begitu melahirkan anak maka ibu bisa langsung menyusui. Samalah dengan kemampuan mengasuh, begitu anak butuh pengasuhan maka ibulah orang yang paling tepat untuk mengasuh dan begitu juga ketika anak butuh pendidikan maka ibu pun mampu merealisasikannya. Hanya saja untuk kemampuan mengasuh dan mendidik ibu butuh untuk terus belajar guna mengasah terus kemampuan tersebut.

Oleh karena itu kesadaran akan kerusakan sistem ini harusnya mendorong ibu-ibu untuk memaksimalkan peran sebagai Ummu Wa robbah al-bayt karena tumpukan masalah ini tidak cukup hanya sekedar untuk jadi ratapan ataupun kegelisahan tapi butuh untuk diselesaikan.
Maka ibu masuklah dalam peran pengasuhan anak-anak kita sedalam-dalamnya jangan biarkan orang-orang yang buruk akhlaknya, lingkungan yang rusak mewarnai anak-anak kita. Jangan melewatkan masa demi masa perkembangan mereka tanpa sentuhan ibu. Karena kemampuan mengasuh itu Allah titipkan padamu.

Maka ibu masuklah dalam peran pendidikan anak-anak kita sejauh-jauhnya, dan sedini mungkin sebagaimana sabda nabi "al-ummu madrasatul ula", ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anak kita. Jangan serahkan anak-anak kita pada mereka yang tidak memiliki kepribadian Islam. Anak-anak kita adalah bagian dari surga dan neraka kita karena keberadaan mereka lah tersebab kita mengemban amanah Ummu Wa robbah al-bayt.
Senantiasa belajar ilmu pengasuhan dan pendidikan anak adalah kewajiban bagi kita yg hendak menjalankan tugas Ummu Wa robbah al-bayt, hingga anak-anak kita akan tumbuh dan berkembang dengan baik sampai suatu saat mereka siap untuk mengambil peran-peran kepemimpinan dalam peradaban yang mulia kelak.

Dan tercatat indah dalam sejarah, bagaimana semangat para shahabiyâat radhiyallâhu ‘anhunnâ dalam menuntut ilmu dan bertanya akan berbagai problemetika yang tengah mereka hadapi tanpa terhalangi oleh rasa malu mereka. Hal tersebut menunjukkan kewajiban menuntut ilmu yang tertanam dalam jiwa-jiwa mereka yang terpuji. ‘Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ berkata,

نِعْمَ النِّسَاءِ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ
“Sebaik-baik perempuan adalah para perempuan Anshor. Tidaklah rasa malu menghalangi mereka untuk tafaqquh (memperdalam pemahaman) dalam agama. “
Dikeluarkan oleh Muslim no. 500, Abu Dâud no. 270 dan Ibnu Mâjah no. 634.


Penuhilah hidupnya dengan karakter serta pemikiran yang baik. Ajarilah anak kita agar menjadi anak yang shalih sebab anak yang shalih adalah investasi bagi kedua orangtuanya. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya dalah manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar, keras, lagi tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (At-Tahrim:6)

Pada akhirnya kita semua tahu, bahwa anak adalah titipan dan amanah, karenanya setiap orang tua akan dimintai pertanggungjawaban atas titipan yang diamanahkan. “Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang pertanggung jawabannya” (H.R Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi dan Ibunu Umar). Wallahu'alam.