Generasi Cerdas dan Berkepribadian Islam


Siti Hari bahwa (Mahasiswi Unimmed)

Bagi orang tua, anak adalah harta yang paling berharga dalam hidupnya. Bagaikan anugerah terindah yang tak ternilai harganya. Setiap orang tua selalu ingin anak-anak mereka menjadi anak yang cerdas dan memiliki kepribadian yang baik. Harapan terbesar bagi setiap orang tua untuk dapat menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi dengan tujuan agar kehidupan anak-anak kelak lebih baik daripada orang tuanya.

Anak laksana mutiara kebanggan orang tua, namun apa yang dilakukan anak-anak zaman sekarang tidak lagi membuat kebanggan bagi orang tua mereka. Faktanya, pemuda zaman sekarang bukan hal yang asing dalam kesehariannya yang selalu bergelut dengan benda bernama gawai. Saat ini, gawai tidak hanya sebagai media komunikasi, tetapi juga merupakan alat multifungsi. Salah satunya, media sosial yang paling sering digunakan para generasi muda saat ini adalah facebook, twitter, path, dan instagram. Banyak sekali pemuda menggunakan media sosial ini untuk mencurahkan hati atau sesuatu yang menurutnya harus dibeberkan ke media sosial (Republika.co.id).

Pemuda zaman sekarang yang selalu kecanduan gadget tanpa memedulikan dampak yang akan timbul. Salah satu dampaknya adalah ketidakpedulian mereka dengan dunia nyata dan masalah umat. Belum lagi masalah yang lain, seperti banyaknya para pemuda yang bunuh diri, kecanduan narkoba, terjerumus dalam seks bebas, perkelahian remaja, dan masih banyak lagi.

Sungguh ironis, para generasi muda yang seharusnya menjadi harapan bangsa justru mereka terperangkap dalam dunia yang fana, tidak peduli dengan dirinya sendiri apalagi peduli dengan lingkungan sekitarnya. Harusnya, para pemuda sadar akan pentingnya peran mereka. Peran pemuda sebagai generasi penerus bangsa dan agent of change kini hanya tinggal harapan belaka laksana pungguk memeluk bulan.

Zaman yang terus berubah menjadi semakin modern, seharusnya dimanfaatkan oleh para pemuda untuk semakin menunjang kecerdasan yang mereka miliki, bukan malah menjadi ancaman nyata untuk mereka. Jika ditelisik lebih dalam, gagalnya membentuk generasi cerdas dan berkepribadian Islam adalah lingkungan saat ini yang menjauhkan Islam dari kehidupan. Ibu dipaksa bekerja demi memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga melupakan tugasnya dalam mendidik anak. Anak tidak lagi mendapat perhatian penuh dari sang ibu yang membuatnya bebas melakukan apapun, sehingga mereka terjebak dalam pergaulan yang salah. Belum lagi sistem pendidikan yang kini membuat generasi penerus menjadi semakin individualis dan hedonis. Tidak peduli kepada orang disekitar merupakan representasi dari pemuda zaman sekarang. Sibuk dengan aktivitas sia-sia dan nyaman dengan kehidupan hedonisnya.

Berbeda dengan generasi pemuda saat Islam diterapkan dulu. Perhatian Islam begitu besar terhadap generasi muda. Ini menunjukkan, masa muda merupakan masa yang sangat penting dan paling berharga. Generasi muda merupakan rahasia kekuatan suatu umat, tiangnya kebangkitan, kebanggaan, dan kemuliaan. Di atas pundak merekalah masa depan umat terpikul, karena pemuda memiliki keistimewaan tersendiri. Baik dari segi keberanian, kecerdasan, semangat, maupun dari kekuatan jasmaninya. Disisi lain, Islam mengatur posisi perempuan sebagai Ibu dan pengatur rumah tangga. Posisi Ibu tidak dapat digantikan oleh siapapun dalam mendidik generasi, sehingga generasi tumbuh dalam pantauan yang jelas. Maka lahirlah generasi cerdas dengan kepribadian Islam yang baik.
Hal ini semua akan terjadi juga harus di dukung oleh sistem pendidikan islam yang bisa melahirkan generasi cerdas dan berkepribadian islam karena merupakan asas dari sistem pendidikan ini. Begitu juga dengan kondisi lingkungannya, dimana suasana islami sangat diperlukan untuk masa pertumbuhannya. Islam tidak boleh dijauhkan dari kehidupan anak seperti yang saat ini terjadi. Semuanya akan terjadi jika islam didekatkan dikehidupan masyarakat dalam bingkai Negara Khilafah Islamiyyah yang sudah terbukti pada masanya melahirkan generasi cerdas dan memiliki kepribadian Islam yang baik.
Wallahu’alam bi-shawab.