Nasib si Bunga dalam Sistem Kapitalis


Oleh: Afnida Selvia Gultom (Mahasiswa / Aktivis Muslimah)
.
Perempuan sekuntum bunga ditaman, dengan perlakuan yang tepat dan benar akan menjadikan bunga mekar, harumya semerbak dan menjadi penghidupan bagi serangga-serangga. Perempuan adalah makhluk yang Allah SWT ciptakan dengan segala kesempurnaan, ia memilki potensi besar untuk menjadikan masa depan cerah lagi gemilang. Hal sedemikian dapat terjadi jika pengaturan yang baik, sedangkan jika salah dalam pengaturan akan mencabut potensi besar yang dimiliki oleh perempuan.

Namun cerminan perempuan saat ini, jauh dari sosok yang akan membawa kegemilangan. Bukan karena sosoknya yang lemah, serta tidak mampu bersaing dan tidak mempunyai kemampuan. Hanya saja dalam sistem Kapitalisme, tidak memberikan edukasi yang sesuai dengan fitrah perempuan sesungguhnya. Perempuan dipaksakan menjadi penghasil materi belaka, berujung pada menitik beratkan tujuan kebahagiaan dunia dan abai kebahagiaan akhirat. Walhasil perempuan disibukkan menjadi pekerja, dieksploitasi demi memenuhi kepentingan para kapital. Perempuan terus saja menjadi incaran setiap perusahaan, sebab perempuan mempunyai daya tarik yang tinggi serta ketelatenan yang baik. Dilihat dari jumlah tenaga kerja perempuan di Indonesia bahwa mengalami peningkatan setiap tahun. Persentase jumlah pekerja perempuan mencapai 50 persen lebih dibandingkan jumlah laki-laki (independen.id/0506/2017).

Sadar atau tidak, dengan menjadikan wanita sebagai penghasil materi belaka, telah mencabut jati diri wanita yang sesungguhnya. Mengapa demikian? Karena saat wanita fokusnya adalah karir, maka yang akan menjadi korban adalah kewajibannya, yaitu perannya pertama adalah sebagai ibu dan pengurus rumah tangga ( ummu wa rabbatul bait ) dan kedua sebagai pendidik pertama (madrasatul ula). Saat tenaganya telah digunakan untuk aktivitas diluar rumah akibat tuntutan karir, menyebabkan pengurusan rumah tidak maksimal, mendidik anak dialihkan ke sekolah atau perawat. Maka wajar jika banyak perceraian hingga kekerasan, dan anak yang tempramental, generasi bangsa yang jauh dari intelektualitas serta terjerumus dalam pergaulan bebas. Medan salah satu kota metropolitan, pada tahun 2017 disampaikan dalam Merdeka.com bahwa “sebanyak 1.827 pasangan di kota Medan bercerai, dengan pemicu perceraian adalah pertengkaran terus-menerus, tidak ada keharmonisan keluarga, dan lain sebagainya (30/12/2017).

Hilangnya sosok ibu sebagai pendidik bagi anak, akan menjadikan anak bagaikan monster yang mengerikan, sebagaimana kasus belakangan ini yang sangat mengiris hati, yaitu ada murid yang membunuh gurunya sendiri. Kemana keimanan seorang anak? Kenapa ia sanggup membunuh seorang guru yang merupakan orang tua keduanya di sekolah.

Terlebih lagi dalam sistem kapitalis ini, himpitan ekonomi tak terbendung lagi, membujuk para wanita mengambil alih peran seorang laki-laki sebagai tulang punggung keluarga, padahal itu bukanlah fitrahnya wanita. Hal ini bukanlah dikriminasi, namun peran utama wanita itu jauh lebih besar, dan Allah sudah ciptakan pria dan wanita beserta dengan tugasnya masing-masing. Sistem yang tidak menjamin kesejahteraan masyarakatnya akan menimbulkan kekacauan dan tingkat kriminal yang tinggi. Dalam hal ini, wanita juga menjadi korban, pelecehan seksual dan sebagai ajang pemuas nafsu. Akibat dari tidak adanya keamanan yang menjamin. Jadi sangat jelas, bahwa jika kondisi saat ini tidak sejahteranya wanita bukan karena akibat tidak setaranya gender. Sebab kesetaraan gender bukan solusi, bahkan dapat menjadi bahaya yaitu menjauhkan peran utama perempuan yang sesungguhnya.

Inilah akibatnya jika menggunakan sistem yang berasal dari manusia. Padahal sudah ada aturan dari Sang Khalik, Tuhan semesta alam yang lebih tau terhadap apa yang dibutuhkan manusia, dan apa yang terbaik untuk manusia, sebab manusia adalah ciptaannya. Misalkan pada saat dikeluarkan handphone pertamakali, mungkinkah yang lebih tau penggunaannya orang lain? Mustahil. Tentu yang lebih tau adalah sang penemu, makanya dibuatlah buku petunjuk agar tidak terjadi kerusakan dan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan semestinya. Disinilah Allah SWT memberikan wahyu-Nya sebagai petunjuk umat manusia agar tidak tersesat dalam kehidupan ini, serta mengutus Rasul sebagai contoh dan teladan. Dalam QS Al-Baqarah: 208 jelas sekali Allah perintahkan untuk menerapkan Islam secara keseluruhan (kaffah). Dan perintah ini hanya akan terwujud dalam sebuah sistem Islam (Khilifah), yang dipimpin oleh pemimpin yang amanah (Khalifah).
Dan hanya dengan penerapan Islam secara kaffah akan menjadi solusi setiap permasalahan. Tidak akan ada lagi perempuan dieksploitasi untuk meraup keuntungan dan pemuas nafsu. Perempuan akan dijamin kehormatanya.

Sebagaimana yang dicontohkan Khalifah Al-Mu’tasim, dengan cepat tanggap menurunkan pasukan karena ada seorang wanita yang diganggu kehormatannya. Para perempuan akan menjalankan tugasnya dengan baik menjadi ummu wa rabbatul bait dan madrasatul ula, hingga terciptalah keluarga yang harmonis dan lahirlah generasi gemilang atas didikan wanita mulia yang menjalani lakonnya semata karena perintah Allah.
Sungguh malang bunga nan indah, harus kering dan mati akibat perlakuan yang tidak baik layaknya sistem yang rusak. Sewajarnyalah perempuan dijaga dan dirawat bagaikan sekuntum bunga yang ditaman, siramlah senantiasa dengan Islam untuk menjadikannya pribadi taat, agar menjadi pengharum yang membawa kebaikan bagi sekitarnya.
Wallahu’alambishawab.