Lagi, Kompas Cari ‘Urusan’ dengan Umat Islam

Berkali kali Media kompas menyakiti hati umat Islam. Sebagai media mainstream di Indonesia yang berafiliasi kepada kepentingan kapitalis kafir, Kompas memang kerap menyakiti hati umat Islam. Masih terniang lagi di ingatan soal Saeni (Ibu Kantin yang buka di siang bolong saat Ramadhan kemaren), Nah Kompas lah inisiatornya yang akhirnya terbangun opini bahwa umat Islam intoleransi. Akhir akhir ini kompas juga telah membuat gerah umat Islam dengan pemberitaannya, khususnya saat dia membela habis habisan Ahok tanpa mampu lagi menilai secara objektif fakta dilapangan.

Karenanya wajar yang  disampaikan oleh Buni Yani Peneliti dari Universitas Leiden, Belanda, di akun facebooknya akhir akhir ini. Terlihat beberapa kali Buni Yani mempersoalkan pemberitaan Kompas yang sangat mendeskreditkan umat Islam. Mulai dari  persoalan cara kompas mengecilkan suara umat islam yang menolak ahok. Sampai pada cara Kompas yang menggoreng isu yang berlebihhan. ‘gorengannya kelebihan nih. Kenapa tdk tanya Pak Amien secara langsung saja? Kenapa buru2 sumbernya satu orang saja yaitu orang MUI dan tdk cover both sides? Apa cukup kutipan kecil dari Amien digunakan untuk menyerang Amien (yang anti Ahok) dengan meminjam mulut orang MUI? Buat Kompas, prinsipnya Ahok harus dilindungi, dan yang menyerang harus dibuat salah. Politik Kompas memang tingkat tinggi. Ya deh” tulis Yani menanggapi pemberitaan Kompas.com dengan judul “Tanggapi Amien Rais Mui Minta Khotbah Tak Dipolitisasi” kata yuni hari ini 12/9.

Tidak hanya itu, Soal kompas mengucilkan umat Islam, Yani juga merespon dengan mengatakan berita demo kemarin mengenai penolakan umat Islam terhadap Ahok yang ditulis oleh Kompas. Kompas sama sekali tidak membuat berita satu pun mengenai peristiwa penting tersebut.

Sangat mustahil redaksi Kompas tidak paham apa yang disebut sebagai "news values" dalam ilmu jurnalisme. Masa demo yang dihadiri oleh sekitar seribu orang (versi Republika dan Detik) tidak jadi berita? Sudah pasti ini merupakan kebijakan redaksi untuk tidak memberitakannya.

Yani mengatakan dia telah melakukan Riset kecil kecilan dalam pengamatan sehari full pemberitaan kompas. Katany, tidak ditemukan ada berita mengenai demo penolakan Ahok. Alih-alih membuat berita mengenai demo tersebut yang bisa merugikan Ahok, Kompas justru memposting setidaknya dua berita yang menguntungkan Ahok. Pertama, berita mengenai Ahok yang mengalahkan pamor pasangan pengantin ketika dia menghadiri undangan perkawinan, dan kedua, Ahok akan jadi saksi dalam persidangan korupsi Sanusi.

Hal yang sama dilakukan oleh Media Indonesia, koran lain yang juga mendukung Ahok. Tak ditemukan satu pun berita yang sama diposting di akun Twitter-nya dalam waktu 24 jam terakhir.

Kemudian dia mengutip pendapat dalam buku "Culture and Imperialism" (1993) Edward Said , mengatakan menggunakan teknik atau metode yang disebut sebagai "contrapuntal reading" dalam memahami teks yang ditelitinya. Metode ini mencari yang tidak dikatakan atau dihilangkan untuk memahami isi pikiran pembuatnya. Jadi, kita bisa tahu isi pikiran Kompas, juga Media Indonesia, dalam merespon penolakan umat Islam terhadap Ahok. Suara mereka sengaja dihilangkan dengan tidak dijadikan berita.

Seperti diketahui, 4 September lalu Hizbut Tahrir indonesia dengan 20 ribu warga jakarta melakukan aksi besar besaran dengan Tema #TolakPemimpinKafir #tolakAhok. Menurut catatan kita ini adalah aksi terbesar penolakan ahok yang pernah ada di Jakarta.(bl)