Kelaparan Efek Domino Cov 19, Tuntaskan Dengan Sistem Islam


Oleh : Hamidah ( Mahasiswi dan Aktivis muslimah paya pasir )

Ramadhan kali ini sungguh sangat berbeda, kita menjalaninya di tengah-tengah wabah yang sedang melanda dunia. Cov 19 menjadi buah bibir di seantero negeri bahkan dunia. Kehadirannya tidaklah hanya sekedar menimbulkan wabah, ia memberikan efek domino yang dirasakan hampir di berbagai sektor. Mulai dari masalah kesehatan, pendidikan, pemutus hubungan pekerjaan (PHK), hingga terjadi kelaparan yang mengiris hati. 
Sebut saja Atek, Seorang warga di Medan, Sumatera Utara, nekat mencuri satu karung beras seberat lima kilogram karena tak memiliki uang. 
Kepala Polsek Medan Baru, Komisaris Polisi Martuasah Tobing, Senin, mengatakan, pelaku bernama Atek (40), tepergok mencuri beras dari satu warung di Jalan Cinta Karya, Kecamatan Medan Polonia, Medan. Kepada polisi, dia mengaku kelaparan dan terpaksa mencuri beras. (cnn.com/nasional)
Atek tak seorang diri, masih banyak lagi atek2 yang lain di luar sana yang karena dampak Cov 19 ini harus pedihnya menahan kelaparan. Bukan kelaparan yang wajar sebagaimana layaknya yang dirasakan ketika orang-orang berpuasa, yang sebelumnya memakan sahur dan nantinya akan berbuka dengan menu yang terhidang di meja. Namun yang mereka alami adalah kelaparan yang sampai berhari-hari tidak makan yang bahkan sampai pingsan karena tak sanggup menahan pedihnya kelaparan ini.
Beginilah dampak kebijakan setengah hati pemerintah, yang hampir setiap hari disajikan media tentang pemberitaannya. Dalam memberlakukan #stayathome, tidak mengantisipasi dampak dari kebijakan tersebut. 
Betapa banyak orang yang penghasilannya akan dan sudah berkurang, bahkan sampai hilang mata pencaharian. Baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah tak ada yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar warganya.  
Adapun program-program bantuan hanya menyentuh segelintir warga (itupun dengan prosedur yang rumit dan kurang manusiawi) belum lagi bantuan yang memang sudah seharusnya menjadi kewajiban pemerintah belum mampu mencukupi kebutuhan sehari hari warga. 
Slogan yang digemakan pemerintahan kota Medan, lewat Plt walikota, bersama dan bergotong royong kalahkan corona, jadi hanya sebatas pepesan kosong yang tak bermakna. Tak ada pengiriman sembako ke rumah-rumah warga, tak ada dapur umum yang bisa didatangi warga untuk bisa mengambil makanan dan minuman gratis untuk memenuhi rasa lapar dan dahaga. 
Tak pula ada pemeriksaan kesehatan gratis ke rumah-rumah warga untuk mengetahui penyebaran wabah ini, ke rumah sakit kalau sudah sekarat atau bahkan meninggal. 
Intinya, semua dijalani mandiri oleh warga, jadi dimananya bersama dan bergotong royong? 

ISLAM MENUNTASKAN MASALAH WABAH DAN TURUNANNYA.
Ketika Islam diterapkan secara menyeluruh (kaffah), yakni, sebagai sistem kehidupan, ia akan bekerja secara sistemis menyelesaikan segera semua persoalan sistemis hari ini, termasuk wabah Covid-19.
Bahkan kebaikan Islam akan segara terwujud sebagai keberkahan yang dijanjikan Allah subhanahu wa ta’ala pada Alquran Surah Al A’raf [7]: 96.
Artinya, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,..”.
Islam akan menuntaskan masalah wabah ini dengan tiga cara jitu.
Pertama, penguncian areal wabah yg terdampak ini yang kita sebut sekarang lockdown. 
Kedua, pengisolasian orang-orang yang terdampak.
Ketiga, berikan fasilitas kesehatan yang memadai. 
Disamping itu pemenuhan kebutuhan pokok bagi rakyatnya juga harus diperhatikan oleh penguasa. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang artinya, “Siapa saja yang ketika memasuki pagi hari mendapati keadaan aman kelompoknya, sehat badannya, memiliki bahan makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dunia telah menjadi miliknya“. (HR Bukhari) (HR Abu Daud)
Negara memiliki peran sentral dalam pelaksanaan ketiga prinsip ini. Sebab, dari sisi mana pun kapasitas itu hanya dimiliki negara. Terlebih, Islam menjadikan negara sebagai pihak yang berada di garda terdepan dalam pencegahan segala penderitaan masyarakat.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tiada bahaya dan kesengsaraan dalam Islam.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad).
Pada saat yang bersamaan penerapan sistem kehidupan Islam, khususnya sistem politik dan ekonomi Islam, menjadikan negara segera berkemampuan logistik bahan pangan. Memadai dari segi jumlah dan kecukupan gizi, khususnya bagi masyarakat di areal penguncian.
Terlebih, Indonesia adalah negeri dengan potensi sumber daya alam pertanian berlimpah. Seperti sumber daya genetik, iklim, lahan, hutan, dan wilayah perairan. Pun demikian sumber daya manusia pertanian berikut para ahli. faktanya Indonesia dan negeri-negeri muslim lainnya dikarunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala barang tambang berlimpah. Mulai dari batu bara, BBM, hingga emas, sebagai harta milik umum dan salah satu sumber pembiayaan penanganan wabah.
Tidak hanya pangan, penerapan sistem ekonomi Islam dan politik ekonomi Islam, berikut keseluruhan sistem kehidupan Islam, menjadikan negara mampu menjamin kebutuhan pokok setiap individu masyarakat di wilayah wabah dan bukan, baik saat terjadi wabah dan dalam keadaan aman.
Kemampuan finansial segera dimiliki negara seiring penerapan sistem ekonomi Islam, khususnya konsep pengelolaan kekayaan negara. Negara akan mampu menjawab berbagai tantangan yg akan dihadapinya, termasuk wabah dan efek domino yg terjadi termasuk masalah kelaparan ini. Saatnya umat kembali kepada Islam. Wallahu'alam bi as shawab.