Ulama Ini Heran, Negara Islam Justru Dianggap Buruk




Dakwahsumut.com, Medan – Seorang ulama dari Jakarta mempertanyakan sikap pihak-pihak tertentu yang menganggap negara Islam sebagai sesuatu yang buruk dan harus dihindari seakan dapat mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Keluarga Islam itu… baik atau tidak…?” tanya Al Ustad Rokhmat S. Labib saat memberikan tausyiah pada acara Tablig Akbar menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1441 Hijriah yang digelar Majelis Kajian Islam Kaffah (MKIK) Kota Medan pada Ahad (1/9/19) di Masjid Al Amin, Jalan Prof. HM. Yamin, Medan.
Mendapat pertanyaan itu, seribuan jamaah yang menyesaki ruangan hingga halaman masjid itu sontak menjawab, “Baik”. Lalu, Ustadz yang dikenal sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) itu kembali bertanya, “Apakah Ekonomi Islam juga baik?”
Jamaah itu kembali menjawab dengan tegas, “Baik”. Lalu, Ustadz Rokhmat S Labib kembali melanjutkan dengan pernyataan, “Lalu, mengapa Negara Islam justru dianggap buruk sehingga harus ditakuti?” tanyanya kepada para jamaah. 
Peserta tabligh akbar lintas ormas Islam di Kota Medan dan sekitarnya itu tidak bergegas menjawab. Ustadz Rokhmat melanjutkan, seandainya sesuatu yang berembel-embel kata-kata Islam itu baik, maka seharusnya negara Islam juga dianggap baik. Apalagi, katanya itu adalah ajaran Islam dan dicontohkan oleh Rasulullah Saw ketika menjadi kepala negara di Madinah.
Konsep Islam itu, paparnya juga diteruskan oleh para khalifah semasa Rasulullah, yakni khalifah Abubakar, khalifah Umar bin Khattab, khalifah Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Sistem pemerintahan itu juga diteruskan oleh para khalifah sesudah mereka, sebelum akhirnya runtuh pada tahun 1924.
Sebelumnya, Ustadz Rokmat S Labib memaparkan sejarah tentang penetapan tahun hijriah. Menurutnya, penetapan tahun awal itu didasarkan pada masa hijrahnya Rasulullah dan para sahabat ke Madinah.
“Sebelum hijrah, Rasulullah hanyalah sebagai rakyat jelata biasa. Ketika itu Mekkah dikuasai oleh orang-orang kafir Quraisy,” ucapnya.
Saat sebelum hijrah itu Rasulullah Saw hanya meminta kaum muslim untuk bersabar ketika menghadapi perlakuan kejam dari penguasa Mekkah saat itu.
Dia mencontohkan keluarga Sumayyah saat mendapatkan penyiksaan hingga mendapatkan ajalnya. Saat itu, Rasulullah tidak bisa berbuat apa-apa, selain hanya menyabarkan Sumayyah dan mengatakan bahwa Allah akan membalas perjuangan itu dengan surga.
Setelah hijrah ke Madinah, maka Rasulullah Saw menjadi seorang kepala negara. “Sejak di Madinah, umat Islam punya rumah, punya negara sendiri yang melindungi mereka,” ucapnya.


Ustadz Rokhmat S Labib pada bagian lain menyebutkan karena ketiadaan negara Islamlah maka umat Islam pada hari ini mendapatkan perlakukan yang tidak adil. Dia mencontohkan, pemerintah telah melakukan standar yang berbeda ketika menangani kasus Papua.
“Apakah pelaku separatis di Papua, pelakunya dihukum?” tanyanya. Padahal, kata Ustadz itu orang-orangtersebut jelas-jelas melakukan pembunuhan dan pengibaran bendera Bintang Kejora dan berniat memisahkan diri, tetapi hingga kini pemerintah tidak melakukan tindakan tegas.
Sementara, para ulama dan umat Islam yang melakukan pengibaran bendera tauhid dan menyampaikan sistem khilafah sebagai ajaran Islam, justru langsung diperlakukan dengan kasar bahkan dituding sebagai gerakan radikal dan dituding sebagai pengancam keutuhan NKRI.
Acara tablig akbar yang dimulai dengan pembacaan ayat suci Alquran itu berlangsung hingga pukul 11.00 WIB itu ditutup dengan pembacaan doa oleh Pimpinan Tareqat Naqsabandiyah Labuhanbatu, Tuan Guru Musyid Musa Abdul Ghani. ()rin