Ulama Sumut Sepakat Perjuangkan Islam Tanpa Rasa Takut


Dakwahsumut, Medan - Sejumlah tokoh dan ulama Sumatera Utara bersepakat untuk menggugah kesadaran umat agar tetap berjuang tanpa takut dalam upaya menegakkan hukum hukum Allah.

"Sebagian besar (umat) menganggap bahwa umat Islam hari ini tidak dalam keadaan bermasalah," kata Surya Sahputra, seorang tokoh muda dari Kota Binjai, Ahad (24/8/19) di Medan.

Karena anggapan itulah, katanya mengapa masih banyak umat Islam yang belum merasa terpanggil untuk bersama sama berada di dalam barisan  yang memperjuangkan Islam.

Fenomena itu kata Surya menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi para ulama dan tokoh untuk bersama sama menyadarkan umat tentang ancaman tersebut.

'PR terbesar kita, menyadarkan umat bahwa kita umat Islam punya masalah besar," ucapnya pada acara Mudzakarah Tokoh dan Ulama yang digelar Ahad (25/8/19) di Medan.

Menurutnya masalah besar itu adalah tidak diterapkan hukum Islam sehingga negeri ini semakin jauh dari rahmat Allah SWT.

Sebelumnya, Ustadz Abu Sauqi selaku penyelenggara kegiatan itu memaparkan tentang kondisi ekonomi negeri ini yang kian memburuk.

Itu ditandai dengan utang negara yang terus membengkak, sementara pemerataan kesejahteraan rakyat semakin jauh dari harapan.

Selain itu, da'i Kota Medan tersebut juga menyampaikan kekecewaannya kepada pemerintah yang bersikap tidak adil terhadap umat Islam, diantaranya dalam penanganan kasus Papua.

"Kasus Papua dianggap kriminal biasa. Sementara jika pelakunya umat Islam langsung dianggap teroris dan radikal," sebutnya.

Sementara itu, Ustad Nofri dari Kota Binjai memaparkan tentang fakta banyaknya  ormas-ormas Islam yang kini disusupi sehingga arah perjuangan menjadi teralihkan.

"Langkah yang harus kita lakukan adalah menanamkan kesadaran bersyariat bagi umat Islam," ucapnya.

Pada bagian lain, Ustad Nofri menjelaskan tentang adanya perasaan takut  yang menghantui banyak umat Islam dalam memperjuangkan kebenaran.

"Untuk mewujudkannya (Islam) banyak faktor penghalang, diantaranya adalah rasa takut," sebutnya.

Umat, katanya berharap. perubahan besar, namun bingung, apa yg harus dilakukan, ditambah rasa takut dengan ancaman penangkapan, dan lainnya.

Ustadz Samsul dari Forum umat Islam (FUI) Sumut yang juga hadir dalam acara itu mengajak umat agar tetap optimis dalam memperjuangkan kebangkitan Islam.

"Harus tetap optimis, haram berputus asa dari rahmat Allah," katanya.

Ustad itu juga mengajak umat agar saling mendukung dalam membangun perekonomian umat. Ia mencontohkan agar umat Islam berbelanja kebutuhan ke toko atau usaha milik seorang muslim juga.

Sedangkan Ustadz Abu Fajar selaku Imam Besar FPI Sumut memaparkan tentang kewajiban menegakkan khilafah.

"Visi Misi FPI Penegakan Syariah Islam secara Kaffah di dalam bingkai Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah," paparnya.

Dia memastikan FPI tidak bertentangan dengan Pancasila, justru rezim berkuasa lah yang kerap melanggar Pancasila itu sendiri.

Ia mencontohkan pada masa Presiden Soekarno lah masuknya ide Nasakom dan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto Pancasila itu ditaqdiskan.

Sementara itu, pengamat sosial politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Dr. Shohibul Ansor Siregar memaparkan tentang buruknya realitas politik di dalam negeri.

Ia menyebutkan, sistem hari ini telah memungkinkan bahwa kemenangan seseorang calon bukan karena banyaknya yang memilih tetapi tergantung siapa yang menghitung perolehan suara itu.

Dia juga menyatakan bahwa sebagai seorang muslim, wajib meyakini bahwa Islam adalah solusi dari berbagai persoalan yang menimpa negeri ini dan umat Islam.

Pada bagian lain, Shohibul mendorong adanya intensitas pembinaan umat agar kesadaran umum dapat tercapai.

"Tingkatkan intensitas pembinaan di tengah-tengah umat," ajaknya.

Senada itu, Usmarlin tokoh lainnya dalam mudzakarah itu mendesak agar apa yg sudah disepakati pada acara itu  agar disampaikan kepada umat.

Dia juga mengutip hasil ijmak ulama ke-4 khususnya poin tiga yang menyebutkan  penerapan Syariah Islam dan Khilafah adalah kewajiban dalam agama Islam.

Yg namanya wajib tidak perlu diperdebatkan lagi. Perbanyak momen sosialisasi hasil ijma’ ulama di setiap tempat, masjid, madrasah dan lainnya," katanya.() rin