2019 MENJADI IBU TANGGUH


Oleh : Ummu Sholeha (Aktivis Muslimah Medan)

Telah berlalu 2018 berganti dengan bilangan tahun yang baru, akankah  sama nasib para ibu seperti tahun-tahun sebelumnya? Ya bisa jadi sama, selama ibu tidak memahami dan menyadari akan perannya dalam kehidupan dan perannya dalam membentuk peradaban.
Tidak tanggung-tanggung, Ibu harus menyadari bahwa ia adalah tiang Negara. Sebuah rumah tak kan tegak dan kokoh tanpa adanya penopang berupa tiang. Pun dengan negara. Tanpa Ibu yang berkualitas hanya akan menjadi puing yang terus ditindas.
Kita melihat kondisi Negara yang sudah babak belur dari segala sisi, dihabisi dan terus dihabisi oleh para kapitalis, sedang para Ibu sebagai sang pencetak generasi yang akan mengisi peradaban  juga sedang  berada dalam  dekapan sistem kufur ini.
Ibu, ada yang merelakan dirinya terjun menjadi pelayan perekonomian kapitalis, hadir di dunia kerja demi untuk memenuhi kebutuhan karena himpitan ekonomi yang tak sanggup di pikul sendiri oleh kaum Ayah. Tak pelak aktifitas ini mengharuskan ibu untuk meninggalkan tugas utamanya sebagai pencetak generasi. Padahal ini adalah kerugian besar karena telah melewatkan masa-masa membersamai sang pemimpin masa depan.
Ibu, ada pula yang menikmati kehidupan hedonisme ini, menganggap bahwa peran Ibu adalah peran yang tidak bergengsi, tidak bernilai dan tidak membawa kontribusi apapun bagi kehidupan. Akhirnya proses pendidikan anak di sub kontrakan kepada orang lain atau sekolah-sekolah yang mereka anggap mampu untuk mendidik anak mereka, sedang mereka sibuk mengejar kebahagiaan semu, di tiap lembaran materi, di meronanya lipstik dan mengkilapnya tas juga sepatu.
Jika sudah seperti ini maka rumah tangga hanya tinggal apa yang tercatat di dalam buku nikah, kebahagiaan dan ketenangan yang hendak diraih hanya tinggal angan. Orangtua baik itu Ibu dan Ayah layaknya ATM berjalan saja bagi anak.
Itulah kondisi ketika Ibu pergi menjauh dari perannya dalam rumah, maka kondisi itu pulalah yang terjadi pada sebuah negara yang ditinggalkan oleh tiang-tiangnya, hancur dan berserakan. Kalau sudah seperti ini siapakah yang akan tertawa dan bahagia? Ya pasti mereka yang menginginkan kehancuran kita.
Oleh karena itu hari ini kita benar-benar membutuhkan seorang pemimpin sejati, negarawan adil nan amanah yang akan membawa perubahan, mengembalikan posisi negaranya dari puing kehancuran dan membawanya kembali dalam percaturan politik dunia. Maka untuk ini lah kontribusi Ibu dinantikan. Ketika seseorang Ibu masih juga tidak menyadari peran penting dan strategisnya maka kesempitan hidup akan tetap dirasakan.
Islam sebagai agama dan ideologi yang Haq telah menetapkan bahwa tugas seorang wanita adalah Ibu dan pengaturan rumah tangga. Tugas ini tidak boleh bergeser sedikitpun, tidak boleh diabaikan dan tidak dirampas dari genggamannya.
Dalam benak seorang Ibu tidak boleh ada rasa pesimis dalam mendidik pemimpin masa depan, karena sejarah mencatat lahirnya orang-orang hebat dan berpengaruh di dunia melalui tangan para Ibu.
Maka yang harus Ibu lakukan hari ini adalah sekuat tenaga berupaya untuk menghadirkan pemimpin tersebut dengan terlebih dahulu memperbaiki kualitas diri, memiliki syakhsiyah Islamiyyah mumtaziyah, tsaqofah Islam yang mumpuni yang siap mengabdikan diri menjadi pendidik generasi dalam pengasuhan, pemeliharaan, sekaligus penggemblengan. Karenanya, jangan pernah meremehkan peran Ibu sedikitpun.
Namun sekali lagi, bukan sembarang ibu yang mampu melakukannya. Hanya Ibu yang Tangguh  yang berani mewujudkannya mengingat sistem yang rusak dan merusak telah mengepung kehidupan saat ini. Milikilah cita-cita besar, ambisi kuat, persembahkan yang terbaik dan lakukanlah perubahan besar dan wujudkan pemimpin masa depan yang kelak akan menerapkan Islam sebagai satu-satunya sistem yang benar yang datang dari Allah al-kholiq Almudabbir.
Bergegaslah, wahai diri, wahai para Ibu! Jadilah ibu Tangguh untuk zamanmu karena surga menunggumu. Wallahua'lambishawab.