Reuni Aksi 212 Wujud Cinta Pada Islam


Penulis : Eva Arlini (Aktivis & Penggiat Literasi)

Suatu kali di sebuah pasar tradisional terjadi percekcokan antara penjual dan pembeli. Teriakan plus caci maki pun keluar dari lisan masing – masing. Seorang remaja pria di dekat si penjual bereaksi. Ia turut mengeluarkan kata – kata kasar pada si pembeli sebagai pembelaan terhadap si penjual yang ternyata ibunya sendiri. Perselisihan itu biasa. Dan menyikapi perselisihan di ranah publik dengan cara kurang bijak seakan menjadi ciri khas orang Medan. Namun bukan itu yang hendak penulis soroti. Penulis ingin menanggapi pembelaan remaja pria terhadap ibunya tersebut. Ternyata jika kita mencintai sesuatu, kita akan menunjukkan suatu sikap sebagai wujud cinta kita.

Itulah yang juga ditunjukkan oleh umat Islam terhadap agamanya. Belum lama terjadi peristiwa yang sangat serius, yaitu pembakaran bendera tauhid. Bagi umat Islam kalimat tauhid sangat sakral. Kalimat tauhid menjadi tanda kemusliman seseorang. Maka muslim manapun yang mencintai Islam pasti tidak akan terima kalimat tauhid dibakar. Meski mereka barangkali tidak memahami bahwa bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid itu adalah rayyah-nya Rasulullah saw, pasti tetap timbul marah.

Kekecewaan umat Islam atas pembakaran bendera tauhid seyogyanya diobati dengan sanksi yang adil oleh pihak berwajib terhadap pelaku. Namun lagi – lagi hukum tak bisa diharapkan untuk bertindak adil. Pelaku penista agama itu hanya dihukum sepuluh hari penjara dan denda sebanyak dua ribu rupiah. Umat bertanya, jika yang dibakar adalah foto presiden apakah hukumannya akan sama?

Kezhaliman terhadap Islam tentu semakin meningkatkan semangat keislaman kaum muslimin. Salah satu wujud cinta umat Islam pada agamanya ialah mengadakan kembali reuni aksi 212 pada 2 Desember mendatang di Monas Jakarta. Tak peduli pada suara – suara sumbang yang meragukan keikhlasan mereka, agenda tersebut tetap ingin diselenggarakan . Karena cinta yang ada di hati, pasti tampak lewat perbuatan. Alhamdulillah umat kini makin menyadari pentingnya persatuan. Permusuhan para pembenci Islam semakin menjadi jadi dan hanya bisa dihadapi saat umat Islam bersatu dalam naungan kalimat tauhid la ilahaillallah muhammadurrasulullah. Semoga Allah swt menolong orang – orang beriman. Aamiin.
Wallahu a’lam bishawab.