DERADIKALISASI MENYASAR KELUARGA MUSLIM

Oleh : Ustadzah Eka Susanti S. (Mubalighoh Medan) Fenomena teror bom di Indonesia menuju babak baru yang melibatkan institusi keluarga. LIPI : Deradikalisasi Keluarga harus komprehensif. Sri Sunarti Purwaningsih mengatakan memutus mata rantai terorisme bergantung pada deradikalisasi. Upaya tersebut seharusnya tidak hanya fokus pada pelaku tetapi juga keluarga pelaku teroris, Kepala pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan ( P2KK) LIPI di Jakarta, Jum'at, 18 Mei 2018 (republika.co.id). Lagi, tema radikalisasi masih menjadi komoditas yg sering dijajakan di Indonesia. Secara bahasa deradikalisasi berasal dari kata radikal yang mendapat imbuhan de- dan akhiran -isasi. Radikal berasal dari kata radic yang dalam bahasa latin artinya akar. Jika ada ungkapan "gerakan radikal" maka artinya gerakan yang mengakar dan mendasar, yang bisa berarti positif atau negatif. Dalam hal ini sebuah sikap "radikal" bisa tumbuh dalam entitas apapun, tidak mengenal agama, batas teritorial negara, ras, suku, dan sekat lainnya. Namun dalam konteks isu terorisme, radikal pemaknaannya sangat negatif. Label ini dilekatkan kepada individu atau kelompok muslim yang memiliki cara pandang serta sikap keberagamaan dan politik yang kontradiksi dengan mainstream (arus utama).
Kata "radikal" dijadikan sebagai alat identifikasi terhadap kelompok atau individu yang memiliki prinsip-prinsip diantaranya menghakimi orang yang tidak sepaham dengannya, anti pancasila dengan versi mereka, mengganti NKRI dengan khilafah, memperjuangkan formalisasi syariah dalam negara.
Deradikalisasi adalah program pendekatan lunak "Soft Approach" baik kepada masyarakat, kelompok-kelompok tertentu dan individu-individu yang masuk dalam jejaring kelompok yang dicap "radikal", "teroris" dan semacamnya. Program ini merupakan strategi alternatif kontra terorisme, setelah pendekatan secara keras dianggap belum bisa mereduksi dan menghabisi seluruh potensi yang mengarah ke tindakan "terorisme". Bahkan dianggap belum efektif menyentuh akar persoalan terorisme secara komprehensif. Sebab itu digagas deradikalisasi untuk mencegah fenomena terorisme dengan mengubah sikap dan cara pandang seseorang agar toleran, pluralis, moderat dan liberal. Drama War On Terorism dan semua derivat strateginya di Indonesia tidak terjadi secara masif kecuali pasca peristiwa WTC (World Trade Center) 9/11/2001. Proyek Deradikalisasi merupakan topeng yang dapat menyembunyikan kebusukan dunia barat untuk melanggengkan imperialismenya di negeri-negeri muslim. Imperialisme mengakibatkan kemiskinan, ketidakadilan dan ketidakpastian masa depan dan tekanan hidup yang berat. Alhasil sikap apatis dan frustasi sosial menggejala di masyarakat.
Inilah sumber masalah yang paling mendasar yang memunculkan fenomena terorisme. Alih-alih menyingkirkan imperialisme, pemerintah justru mengambil langkah praktis dengan mengubah orientasi dan tafsiran keberagamaan seseorang agar lebih moderat (wasathiyyah), toleran, dan liberal. Ini bukan solusi justru akan mengakibatkan polarisasi dalam kehidupan masyarakat khususnya umat Islam (Terbagi menjadi dua kelompok yang saling berlawanan). Praktik devide et impera (strategi belah bambu) akan menjadi pemicu permanen lahirnya sikap radikal. Sikap ini tidak hanya melanda kaum pria namun wanita (Self Radicalized) dikatakan Sidney Jones, peneliti International Crisis Group (ICG) menjelaskan perempuan dapat terlibat dalam aksi terorisme disebabkan ingin lebih aktif, tidak puas hanya jadi ibu atau istri saja.
Keyakinan barat akan kebangkitan Islam, menjadikan World On Terorism terus mengalami modifikasi, apapun dilakukan demi menciptakan stigma negatif terhadap Islam dan umatnya. Keterlibatan perempuan, keluarga dengan radikalisasi telah menjadi isu yang sengaja digulirkan Dewan Keamanan PBB melalui CTED (Counter Terorism Comitte and the Committee's Executive Directorate). Suatu lembaga yang memastikan pelaksanaan agenda kontra terorisme menyasar perempuan (muslimah) dan keluarga muslim. Muslimah beserta anggota keluarga muslim akan dilibatkan dengan paksa sebagai target dan mitra potensial. Semua itu bertujuan menjauhkan umat islam dari Alquran dan Assunnah. Program Deradikalisasi tentu sangat berbahaya bagi keluarga muslim.
1. Hancurnya ketahanan keluarga akibat menyingkirkan Alquran dan Asunnah sebagai pedoman hidup. Hukum-hukum berkeluarga tidak lagi di adopsi dari Islam. Keluarga muslim akan berfikir dan berprilaku sebagaimana keluarga-keluarga di Barat, hingga keretakan rumah tangga menjadi hal biasa. 2. Terbentuknya generasi masa depan yang rapuh, karena tak memiliki pondasi hidup yang mulia, pergaulan bebas, hedonis, pecundang, materialistis, phobi menjadi pejuang Islam dan mujahid tangguh. generasi seperti ini akan melemahkan bangsa, tidak memiliki kemandirian, membebek bangsa lain. Keluarga muslim perlu melakukan tindakan antisipasi untuk menghalau kebebahayaan deradikalisasi ini diantaranya:

1. Meningkatkan kesadaran, keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim 66: Ayat 6) 2. Menjadikan keluarga tetap berpegang teguh pada kebenaran pemikiran Islam dan hukum-hukumnya.
3. Menjadikan keluarga sebagai penyampai Alquran dan Assunah dimana pun berada. Allah SWT berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad 47: Ayat 7)
4. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Islam adalah solusi atas segala kelemahan manusia.
Hanya fitnah yang berupa opini dan teror isu dari barat yang membuat islam tampak sulit diterapkan. Tidak ada pilihan lain bagi seorang muslim kecuali menolak program deradikalisasi yang merupakan pesanan barat dan berjuang menerapkan hukum Allah dengan sempurna dalam bingkai Khilafah. Wallahu'alam