Euforia Final Euro 2016 (Prancis Vs Portugal) dan Petaka Indonesia


portugal-vs-prancis-vs-portugal_20160709_201544Di Final Piala Eropa, dipastikan Prancis akan bertemu portugal. Rakyat Indonesia seperti kesurupan virus sepak bola. Melupakan apa yang sedang terjadi di negerinya sendiri. Menghilangkan empati, dan rasa keperdulian antar sesama. Dan yang paling parahnya menjadi lupa politik atau terkikisnya kesadaran politik.



 



ya.. Prancis, Portugal,Italia, Brasil, dan Argentina dapat dikatakan mewakili profil Republik Bola. Di tengah kemiskinan, pengangguran yang tinggi, dan kebodohan masif, anak bangsa Republik Bola melihat bintang sepak bola sebagai obsesi hidupnya. Lalu para Kapitalis pun menemukan lahan empuk ini sebagai intertainment industry untuk mendulang banyak dollar.



 



Bahkan di Prancis, Ekonomi negara yang sering memusuhi Islam ini, dalam keadaan krisis ekonomi dan kepercayaan yang sangat tinggi. Menteri perekonomian Prancis Emmanuel Macron dilempari sejumlah telur ketika aksi mogok berlangsung pada Senin (7/6) bulan lalu. Pemogokan itu digelar sebagai protes terhadap rencana reformasi ketenagakerjaan.



 



Kepala Menteri Macron dipenuhi muncratan telur ketika para anggota garis keras serikat buruh CGT memojokkan dirinya di sebuah kantor pos di kota pinggiran Paris, Montreuil.



 



***



Di saat begitu tingginya kompetisi hidup, anak-anak gras root hanya melihat satu-satunya jalan instan meraih sukses adalah menjadi bintang bola dan artis. Walhasil para dhu’afa di negeri ini pun yang masa depannya suram lebih memilih mengadu nasib di club-club Liga Nasional daripada meraih gelar sarjana yang tak terjangkau biayanya.



 



Rakyat di Republik Bola memiliki kesadaran politik (tentang hak dan kewajiban rakyat) yang teramat rendah. Sebagai contoh, di Italia perdana menteri priode sebelumnya jelas-jelas di pimpin oleh seorang Silvio Borlusconi politisi korup dan sangat doyan zina. Kemampuanya menduduki kursi Presiden tak lepas dari perannya dalam bisnis Club SepakBola negeri Azuri ini.



 



Begitu pula di Brasil dan Argentina setali tiga uang. Akankah eforia supertoer bola dari Indonesia itu akan menduplikat situasi yang sama yang akhirnya menyusul di negeri tercinta ini, menjadi negara tak bermartabat?



 



saya khawatir kalau rakyat Republik bola (mungkin Indonesia) juga Tak terlalu paham poltik. Kebodohan politik dimanfaaatkan kaum oponturir politk untuk melanggengkan kekuasaan mereka.



 



Indonesia gudangnya politisi korup menikmati sikap cuek bebek rakyatnya.



 



Rasulullah mengingatkan dengan ungkapan (Bukan termasuk golongan kami, barang siapa yang menyeru, berperang dan mati membela ‘ashobiyah).



 



Belia juga memperingatkannya FAINNAHU MUNTANITUN (sesungguhnya slogan jahiliyyah itu menjijikkan).



 



Maka hendaklah kita mencamkan wasiat Shahabat Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu: “Ikatan Islam akan lepas satu persatu bila di kalangan Umat Islam timbul sebuah generasi yang tidak paham dengan jahiliyyah” (Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, Al-Fawaid, hal. 143).



 



Sebagai penutup marilah kita renugkan kata-kata hikmah Al hafid ibn ‘Abd Al Barr Al Andalusy:



 



“Wahai saudaraku, sesungguhnya di antara laki-laki itu berujud binatang…..dalam bentuk seorang laki-laki yang mendengar dan melihat….cerdas pada setiap musibah yang menimpa hartanya….namun, jika agamanya ditimpa musibah ia tidak pernah merasa…



 



Jadi kalau soal bola kemenangan menjadi kebanggan dan kekalahan adalah mushibah besar. Sementara berita maraknya pornografi, free sex di kalangan remaja, penjualan BUMN, legalisasi kaum homo, syariat Islam malah dianggap melanggar HAM, dan maraknya aliran sesat dibiarkan angin lalu. Wallahu A’lam. (br)