HTI Sumut Gelar Diskusi Tokoh

Dakwahsumut,Medan. Ulama’ dan Tokoh ummat dari berbagai elemen menghadiri Dialog Terbatas “Tokoh Ummat Islam” bersama Hizbut Tahrir Sumatera Utara. Bertempat di kantor DPD I HTI SUMUT. Jl.Amaliun no.90, minggu malam (18/10).

Dialog terbatas tokoh ummat kali ini mengangkat tema “Mitos–mitos Demokrasi.”

Diskusi yang di agendakan bulanan ini selalu mengangkat isu–isu terkini baik Nasional maupun International. Hal ini bertujuan memberikan pemahaman kepada tokoh umat terhadap solusi tuntas yang di tawarkan oleh Hizbut Tahrir bahwa “apapun persoalannya, islam solusinya.”

Acara di moderatori oleh Ustadz M.Aqil dari Lajnah Siyasiyah. Beliau membuka acara dengan melempar wacana seputar tema.

Beliau menyampaikan bahwa Demokrasi merupakan suatu realitas yang menjadikan suara rakyat sama dengan suara Tuhan, yang dapat melegislasi hukum. Dan kedaulatan berada di tangan rakyat, yang seharusnya menjadi hak mutlak Allah swt.

Kemudian beliau menyampaikan, apakah dengan diterapkannya Demokrasi dapat membawa kesejahteraaan dan kemaslahatan bagi umat? Kemudian , apakah Demokrasi dapat menjadi wasilah terwujudnya kehidupan yang islami? Atau Demokrasi merupakan sebuah kemustahilan yang tidak dapat membawa umat menuju apa yang didinginkan? Atau bahkan akan mengantarkan umat kepada persoalan yang terus bertambah dan tidak pernah terselesaikan?

Setelah itu diskusi dibuka dengan pembahasan awal seputar “Defenisi real Kedaulatan Rakyat.”

Disambut oleh Ustadz Marwan Abu Zahid; Humas DPD I HTI Sumut. Beliau menyampaikan bahwa kedaulatan rakyat biasanya identik dengan proses legitimasi hukum.

Ketika manusia diberi wewenang untuk melegislasi hukum, maka akan terus mengalami perubahan setiap waktu, sebab sifat alami manusia berubah–ubah dan terbatas pada hal yang terindera saja.

Dalam pandangan Islam seharusnya hak mutlak melegislasi hukum adalah milik Allah swt. Bukan yang lain. Tegasnya.

Ditambahkan oleh Ustadz Sofyan Siregar; Ketua DPD II HTI Medan. Berangkat dari definisi dan fakta–sebenarnya Demokrasi merupakan sistem yang paling baik dibanding dengan sitem Teokrasi yang mengatasnamakan Tuhan untuk melegislasi hukum dan sistem Monarki yang merupakan wujud konspirasi kaum kerajaan dengan kaum gerejawan.

Selanjutnya beliau menambahkan bahwa Demokrasi adalah sistem yang utopis. Pasalnya karena pemerintah dan wakil rakyat tidak pernah mewujudkan apa yang diinginkan rakyatnya. Lalu dimanakah hakikat Demokrasi yang katanya dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat? Tanya beliau.

Sebenarnya Demokrasi merupakan satu diantara banyaknya metoda untuk mendapatkan kemenangan dengan suara mayoritas. Sambut Bapak Shohibul Anshor; Dosen USU dan Tokoh Muhammadiyah.

Sehingga terkadang banyak partai islam yang mencoba berdamai dengannya, untuk mendapatkan kemenangan dan mencapai tujuan partai mereka.

Walau sebenarnya Demokrasi yang di terapkan di Indonesia adalah menyesatkan. Namun tidak refresentatif menjadikan Khilafah solusi satu–satunya dan menyalahkan Demokrasi atas permasalahan umat. Dan pertanyaannya jika Khilafah yang ditawarkan HTI itu solusinya, bisakah diterapkan kembali di zaman sekarang?

Langsung disambut oleh Ustadz Yusron Ramli dari Lajnah Mashaliyah. Didalam kitab Nidzom Al–Iqtishodi di tuliskan “Kekayaan terbesar umat bukanlah kekayaan materi, melainkan kekayaan pemikiran.”

Hukum islam dari zaman Rasul saw adalah sama saja, seperti halnya hukum halal haram. Hanya yang berbeda faktanya, dan cara kita memahami faktanya untuk tahu hukumnya.

Jadi jelas bahwa Al–Qur’an dan Al–Hadist diciptakan lengkap dan tidak ada keraguan lagi. Hanya saja banyak gerakan lain, ketika ditawarkan Demokrasi seolah tidak memiliki alternatif sistem lain. Padahal telah jelas kebenaran Islam.

Lebih dari itu. Sebenarnya apa yang dikatakan tentang partai Islam yang katanya dijadikan sebagai wasilah kesejahteraan dan kemaslahatan rakyat, ternyata tidak pernah mendengar dan membicarakan keluhan dan persoalan rakyat, bahkan suara anggota partainya sendiri juga tidak pernah didengar konon lagi suara rakyat. Sambung Bapak Yusmarlin Tokoh Masyarakat Keluarga Bayur.

Seharusnya jika Allah swt yang telah menciptakan bumi, maka konsep atau sistem yang diciptakan Allah–lah yang harus diterapkan, bukan malah membahas teori lain dan menerapkannya. Intinya selain sistem Islam adalah sistem setan. Pungkasnya.

Sebenarnya landasan Kedaulatan Rakyat itu salah. Masak rakyat yang dungu di jadikan legislator. Tegas Ustadz Yahya pengurus Front Umat Islam Medan.

Beliau menambahkan ketika awal kemerdekaan–Demokrasi ditawarkan pada Indonesia bahkan juga dunia, sementara islam tidak tampak dan tokoh–tokoh Islam tidak ada yang menjelaskan Islam secara konkrit serta menggaungkan Syari’ah dan Khilafah seperti HTI sekarang.

Jadi ya mau tidak mau itulah yang di terapkan hingga sekarang.

Bapak Shohibul Anshor menambahkan. Apa yang beliau sampaikan itu hanya merupakan pembelaan. Namun sebenarnya Indonesia ini di konstruk untuk menjadi negara Islam, hingga 18 agustus dihianati oleh Bung Karno dan Hatta. Itulah awal kehancuran Indonesia.

Ditambahkan oleh Ustadz Irwan Said Ketua DPD I HTI Sumut. Demokrasi tercipta dari sistem sekularisme dan Demokrasi akan kuat jika di topang dengan prinsip Liberalisme.

Siapapun yang menjadi pemimpin akan menjalankan dan mendukung Demokrasi. Berbicara dalam konteks apapun jika Demokrasi masih menjadi landasannya, maka kita tetap sengsara. Pungkasnya.

Kemudian di akhiri dengan Closing Statement oleh Ustadz Marwan Abu Zahid. Berangkat dari azas Demokrasi yang memisahkan urusan agama dengan kehidupan.

Belum lagi kebebasan yang ditawarkan Demokrasi yang itu semua bertentangan dengan Islam. Oleh karena itu berdamai dengan Demokrasi bukanlah jalan yang benar.

Dan Demokrasi tidak mungkin bisa menyatu dengan Islam sebab ia punya imunitas agar tidak di susupi oleh sistem lain. Dan terkahir. Dengan keterlibatan umat Islam didalam Demokrasi, maka akan membuat Demokrasi tetap bercokol di negeri ini. Tinggalkan Demokrasi dan sambut sistem Islam, Yaitu Syari'ah dalam naungan Khilafah.

Kemudian diakhir acara moderator memaparkan hasil diskusi yang kali ini dihadiri oleh 20 Tokoh dan Ulama’. Lalu menutup acara dengan lafadz Hamdalah[] MI Sumut