Panjang Umur Perjuangan Mahasiswa!

 


Oleh Muzaidah (Aktivis Muslimah)


Aliansi BEM SI (Seluruh Indonesia) menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Wali Kota Medan. Mereka kecewa atas kinerja Bobby Nasution selaku Wali Kota Medan, setidaknya ada lima poin penting yang menjadi kritikan mahasiswa. Pertama, perbaikan drainase segera dipercepat, kedua, menuntaskan peredaran narkoba, ketiga, menindak segala bentuk kejahatan dan kriminalitas yang meresahkan.


Keempat, mengatasi lingkungan yang tidak baik sehingga mengganggu kesehatan masyarakat dan mengalami TB paru, serta meminta Pemko melalukan transparansi dalam proses proyek gagal lampu pocong. Semua ini belum dituntaskan Bobby dan malah melakukan pencitraan di media sosial, sementara kinerjanya sama sekali mengecewakan masyarakat yang hendak merasakan perbaikan, ujar orator Rizki Akbar (medan.tribunews.com, 03/10/2023).


Yang menjadi sorotan unjuk rasa mahasiswa mengenai masalah banjir dan kriminalitas yang makin merebak tidak kunjung selesai. Di mana, masalah banjir tidak bisa dihindarkan harus segera dituntaskan, pemerintah turut memperhatikan setiap pekerja yang menyelesaikan pencegah banjir apakah benar-benar mengejarkan dengan baik atau malah sebaliknya. Begitu pula mengenai kriminalitas, pemerintah harus tegas dalam mencegah kriminalitas dan tidak sekedar memenjarakannya, tetapi masih membiarkan peredaran narkoba yang memicu kriminalitas semakin tinggi. Kedua-duanya harus seimbang diatasi dengan solusi yang sistemik dan terorganisir. 


Dengan pedulinya mahasiswa terhadap Pemko seharusnya didukung dengan memberikan bimbingan akademik yang bisa mengarahkan mahasiswa semakin bijak dalam menyampaikan pendapat atau mengkritik. Maka, tidak ada lagi pelarangan bahkan mengintimidasi mahasiswa yang berorasi demi kemaslahatan umum, dan Pemko harus bersyukur hadirnya mahasiswa membantu kinerjanya Wali Kota berjalan sesuai kaidah yang diucapkan semasa kampanye. 


Sebab, mahasiswa yang mewakili suara keluhan masyarakat mengingatkan akan janji-janji yang diucapkan agar segera terlaksanakan dengan baik tanpa penundaan atau bahkan merugikan masyarakat. Jika seperti drainase tidak segera diselesaikan maka akan berdampak buruk bagi lingkungan dan warga mengalami kesulitan saat melakukan aktivitas, belum lagi matinya kendaraan akibat air asin dari pasang, penyakit menyerang warga yang rentan terserang.


Namun, sangat disayangkan sedikit di antara mahasiswa yang berani menyuarakan kebenaran demi menegakkan hak dan keadilan masyarakat. Kebanyakan mahasiswa yang sebenarnya agen perubahan malah memilih diam dan takut apabila ada kendala yang menghalangi kepentingannya, tidak sedikit pula dari mahasiswa yang bungkam lantaran takut tidak mendapatkan pekerjaan ketika mengkritik Pemko, hanya cuan tujuan utamanya tidak penting lagi perihal nasib masyarakat yang sebenarnya bisa juga berimbas padanya.


Sikap tidak peduli ini lahir dari didikan kapitalis yang berhasil memalingkan mahasiswa agar memilih mengikuti program kampus merdeka, bebas melakukan apa pun tanpa harus ikut campur urusan yang dilakukan pemerintah walaupun salah dan merugikan. Berbeda dengan hasil didikan di dalam sistem Islam. Setiap pelajar atau mahasiswa diawali dengan pembelajaran membentuk pola pikir dan sikap yang Islam ajarkan, sehingga tidak kritis dalam menyampaikan pendapat dan berani mengoreksi pemerintah jika lalai, dan melakukan kesalahan. 


Daya kemahiran mahasiswa terpancar ketika Islam dijadikan pedoman dalam melakukan aktivitas, termasuk lantang mengoreksi pemerintah tidak gentar mundur melainkan maju dengan semangat juang yang baik untuk kemakmuran masyarakat. Jadi, kecerdasan yang dimiliki mahasiswa dalam didikan Islam tidak serta-merta melahirkan sikap apatis yang bisa menjauhkan identitasnya sebagai pelajar yang terpelajar. Seperti ilmuwan hebat yang menjadi rujukan mahasiswa berani berorator dan senantiasa berada dalam solusi yang Islam ajarkan tidak dengan yang lain.


Dengan begitu, kecerdasan, kemahiran, dan keberanian mahasiswa dalam naungan Islam akan mewujudkan generasi emas untuk peradaban Islam baik sekarang maupun yang akan datang, serta mampu meninggalkan sikap individualis yang masih melekat dalam ajaran demokrasi-kapitalis. Islam tidak pernah gagal dalam mencetak generasi cerdas sesuai tuntunan Islam sehingga patuhnya ia hanya kepada Allah sang pembuat aturan terbaik bukan kepada manusia yang sering lalai dari tanggung jawabnya. Mari, selamatkan generasi dalam naungan sistem Islam yang harus ditegakkan.


Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَآ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 208).


Wallahualam bissawab.