Perempuan Bicara Resolusi 2022 : Moderasi Bukan Solusi, Islam Kaffah Solusi Hakiki

 



Dakwasumut.com, Para perempuan nusantara berkumpul dalam Digital Event yang mengusung ide transformasi, melakukan rencana-rencana baik untuk pribadi, umat, dan bangsa. Di tahun 2021 ini, isu moderasi disebut-sebut paling menonjol mewarnai warta, seolah konsep ini bisa menyelesaikan berbagai kasus multidimensi, padahal ini layaknya racun berbalut madu, sehingga mantra-mantra syirik menghipnotis yang merusak aqidah dan syakhsiyah umat. Hal tersebut diungkapkan oleh Ustadzah Dedeh Wahidah Achmad dalam Risalah Akhir Tahun 2021 dengan tajuk Perempuan Bicara Perubahan : Moderasi Bukan Solusi, Islam Kaffah Solusi Hakiki, yang diikuti sekitar ratusan ribu peserta dari kalangan tokoh, aktivis muda, dan masyarakat umum secara virtual.

Lebih dari itu, beliau menyebutkan bahwa terdapat tiga alasan Moderasi Beragama yang di-klaim sebagai solusi, antara lain:

1. Tuduhan bahwa pemahaman agama harus diubah sebab masalah multidimensi berakar pada fundamentalisme dan ekstrimisme, padahal masalah yang terjadi bukan karena agama, karena bahkan agama saat ini tidak diterapkan, yang diterapkan justru kapitalisme.

2. Memastikan umat tetap dengan pengakuan keislamannya, namun memegang pemahaman agama dengan format Barat, dan tidak melawan hegemoninya.

3. Defensive apologetic, sehingga umat berusaha menjawab bahwa Islam tidak radikal dan intoleran.

Islam sebagai inspirasi bukan aspirasi menurut Ustadzah Dedeh benar-benar menjadi jebakan, sehingga umat harus peka sebab ini datang dari musuh-musuh Islam agar nilai-nilai Islam kaffah jauh dari kaum muslimin dan menjauhkan Islam untuk ditegakkan ditengah-tengah mereka.

Kita memiliki kewajiban amar ma’ruf nahiy munkar. Jika terjadi kemungkaran baik oleh Muslim maupun non Muslim, yakni pelanggaran terhadap hukum syara’, maka kita wajib berdakwah. Kebenaran tidak akan mungkin kalah dengan kebathilan. Kita harus berjuang sebab kekuatan berasal dari Allah swt. Demikian Ustadzah Dedeh mengakhiri statement-nya.

Dalam agenda virtual ini juga tampak jelas bahwa tak perlu menjadi jenius untuk memastikan bahwa dunia hari ini membutuhkan perubahan sistem. Sedangkan apa yang diperjuangkan dengan proyek moderasi di Nusantara hanya menjadi perpanjangtanganan komitmen internasional, spirit Rand Corporation, yang concern pada pelemahan nilai-nilai beragama (Islam). Terbukti Anggaran Moderasi Beragama Direktorat Jenderal Indonesia meningkat dari 400 Miliar menjadi 3,2 Triliun Rupiah yag masuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah.

Adapun Ustadzah Iffah Ainur Rohmah dalam forum yang sama menyebutkan bahwa maayarakat berada dalam berbagai fase krisis, krisis energi, krisis pangan, krisis moral dan agama, bahkan di negeri-negeri mayoritas Muslim. Bahkan di Amerika terdapat gerakan 99% movement, dan menganggap yang berkuasa dan menikmati keuntungan hanya 1%, mayoritasnya justru menderita.

“Negeri Muslim pun didoktrin untuk tetap demokratis sekuler, dan jangan kalah dengan kelompok ‘radikal’, sebab penjajah punya kepentingan besar untuk mempertahankan hegemoninya, menunda kematian kapitalisme, sekaligus menyesatkan kaum Muslim dari perubahannya ke arah Islam, sehingga Islam moderat jelas solusi bagi mereka, kapitalisme global, bukan kaum Muslim. Inilah yang disebut makar, senjata untuk menghancurkan kaum Muslim” ungkap Ustadzah Iffah.

Beliau juga menegaskan bahwa jargon semacam ‘A peaceful world’ menjadi mantra-mantra yang menembakkan pelurunya pada umat Islam, agar terhindar dari konflik-konflik hanya karena agama. Statement homogenitas akan menghasilkan intoleransi, dan menganggap jika agama mengatur Negara itu pasti bukan pikiran banyak orang melainkan hanya dari sekelompok orang yang tidak akan menimbulkan perdamaian, telah menjadi penyesatan opini, sebab umat tidak mengenal apa yang menjadi masalah sebenarnya, dan bagaimana keluar dari permasalahan.

Disisi lain, Ustadzah Ratu Erma menyampaikan bahwa pengarusutamaan moderasi yang dikelola oleh kapitalisme bersama dengan negeri-negeri kaum Muslimin harus dilawan juga dengan pengamatan dan perjuangan politik yang berimbang. Jika mereka merekrut para tokoh untuk mendukung dan menjadi pilar penggeraknya, maka kita juga perlu menyadarkan umat, para tokoh, ulama, dan berbagai elemen untuk mengarusutamakan Islam kaffah, jangan sampai arus yang bathil justru landing dengan tanpa penolakan umat. Kekuatan umat Islam justru harus melebihi kekuatan musuh, yang dimulai dari kesadarannya terhadap realita.

"Semakin kuat kesadaran umat pada Islam kaffah, kejatuhan musuh akan semakin dekat. Allah memenangkan umat sejak zaman dulu bukan karena kecintaannya pada dunia, dan Barat tau potensi itu. Akidah umat Islam bukan hanya akidah ibadah, namun juga aqidah siyasah. Kita harus terus speak up, mereka sangat takut hanya dengan lafadzh “Hanya Allah yang menjadi pemutus perkara”. Betapa hukum syariah itu sudah syamil kamil, banggalah dengan syariah Islam itu. Allah memerintahkan kita bukan hanya untuk dipahami, tapi dijadikan standar dalam kehidupan. Setiap muslim memiliki kewajiban untuk menyebarkan kebaikan ini.", tegasnya.

Perjalanan digital event Risalah Akhir Tahun 2021 berlangsung hangat dengan semaraknya interaksi para peserta baik berupa pertanyaan maupun komentar.

“Limbah beracun itu justru disajikan pada kita kaum Muslim, hanya untuk memperpanjang nyawa sekulerisme, bukan untuk memperjuangkan dakwah Islam itu sendiri. Untuk itu kita perlu memahami dan mencintai Islam yang orisinil, meski harus kehilangan kenikmatan duniawi, semacam jabatan dan lainnya. Sebab kita menginginkan surga yang asli juga, karena nya kita perlu membuktikan bahwa kita bukan penipu dari apa yang sudah kita perjual-belikan dengan Allah. Ikutilah kelompok dakwah ideologis yang akan membuat kita kuat.” Tutur Ustadzah Dedeh dalam statement akhirnya.

Berikutnya, Ustadzah Iffah juga menambahkan pernyataannya bahwa Islam A-Z itu sangat panjang dan butuh follow up untuk mendalaminya. Moderasi beragama ini justru menjadi garis bengkok karena menjauhkan kita dari solusi hakiki, dan para perempuan di akhir tahun ini harus memiliki komitmen dan resolusi. Perempuan juga memiliki andil. Perempuan harus melakukan perubahan, bukan hanya bicara namun juga action, praktik memperjuangkan Islam kaffah, solusi hakiki, garis lurus yang dicontohkan Rasulullah saw.

“‘Da’wah is true life’. Karena kita sebagai umat terbaik dapat melakukan amar’ma’ruf nahiy munkar, namun Islam moderat justru menegasikan itu. Wasathan harusnya tidak hanya diartikan sebagai jalan tengah atau kompromi, namun harusnya bermakna luhur dan adil, yang justru hanya akan dicapai dengan tegaknya Islam kaffah, yakni jika kita punya Daulah Khilafah Islam”. Tutup Ustadzah Erma.

Kegiatan virtual ini pun semakin meningkatkan semangat keislaman dan perjuangan para muslimah untuk memberikan dedikasi terbaiknya dan persembahan untuk mewujudkan Islam kaffah sebagai solusi hakiki persoalan umat sepanjang tahun. Wallahu'alam. (RIM)