MENUJU PERUBAHAN HAKIKI DENGAN TEGAKNYA SYARIAH DAN KHILAFAH




Oleh: Fitriani,S.Hi
( Forum Silaturahmi Muslimah Deli Serdang)

Mengawali  tahun 2019, kondisi negeri ini masih terus dirundung duka yang teramat dalam. Bagaimana tidak, Belum reda duka Lombok akibat gempa, muncul duka baru: gempa Palu. Belum berakhir duka Palu yang membuat pilu, kini muncul tsunami Banten yang juga memakan banyak korban. Kali ini ratusan orang meninggal dan terluka. Ratusan lainnya lagi hilang. Tsunami Banten seolah menjadi bencana penutup akhir tahun 2018 dari rentetan bencana yang melanda negeri ini. Khususnya dalam setahun terakhir ini.

Duka yang menimpa umat dinegeri ini ternyata bukan hanya dari sisi bencana alam, namun duka karena berbagai permasalahan yang tidak kunjung selesai. Masalah kemiskinan yang terus mengalami peningkatan. Masalah pejabat korupsi, peredaran narkoba yang sulit dihentikan, problem kenakalan remaja, seks bebas, LGBT, kriminalitas yang semakin meningkat dan berbagai problem lainnya masih dirasakan umat Islam dinegeri ini.

Jika kita mau sedikit saja membuka cakrawala berfikir dengan potensi akal yang Allah berikan maka akan bisa kita dapati bahwa berbagai problem yang menimpa bangsa ini adalah akibat tidak diterapkannya aturan dari Allah SWT Zat yang telah menciptakan dunia beserta isinya. Akhirnya yang dirasakan bukanlah kebaikan, negeri dengan jumlah penduduk mayoritas Islam namun tidak mendapatkan keberkahan sama sekali. Masalah kemiskinan misalnya, justru di tengah-tengah kekayaan negeri ini yang melimpah-ruah. Jelas, kemiskinan di negeri ini  merupakan akibat rezim ini secara zalim menyerahkan sebagian besar kekayaan alam milik rakyat kepada pihak swasta bahkan asing. Contohnya jutaan ton tambang emas di Papua. Berpuluh-puluh tahun tembang tersebut sebagian besarnya dinikmati oleh perusahaan asing, PT Freeport. Bukan dinikmati oleh rakyat negeri ini. Bahkan Rakyat Papua, di tengah limpahan emas, tembaga dll, malah banyak yang hidup miskin.

Kemiskinan di negeri ini juga diakibatkan oleh karena negeri ini terjerat utang ribawi. Saat ini utang tersebut nyaris menyentuh angka Rp 5.000 triliun, dengan bunga yang harus dibayar setiap tahun lebih dari Rp 100 triliun. Akibatnya, pendapatan negara yang seharusnya bisa digunakan untuk mengatasi kemiskinan, terpakai untuk membayar utang ribawi berikut bunganya. Demikian pula musibah lain dalam bentuk bencana moral seperti maraknya perzinaan, LGBT, dll. Musibah ini lalu melahirkan ragam bencana lain berupa penyakit yang sulit diobati. Di antaranya HIV/AIDS.

Maraknya riba, yang pelaku utamanya adalah negara, dan zina yang juga dibiarkan oleh negara, boleh jadi menjadi penyebab datangnya azab Allah SWT atas negeri ini. Sebagaimana sabda Nabi saw.:
إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَ الرِّبَا فِي قَرْيَةٍ فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ
Jika zina dan riba telah merajarela di suatu negeri, berarti mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri (HR al-Hakim, Al-Mustadrak, 2/42).
            Untuk itu jika bangsa ini ingin keluar dari berbagai permasalahan yang menimpanya, maka tidak lain bangsa ini harus siap melakukan perubahan dalam rangka mewujudkan kemaslahatan dan keberkahan.Berharap pada sistem kapitalis demokrasi maka sampai kapanpun  perubahan secara hakiki tidak dapat diwujudkan. Pasalnya sistem kapitalis demokrasi yang diterapkan dinegeri ini adalah biang dari berbagai kerusakan yang terjadi. Sistem demokrasi yang menjadikan Sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan) adalah sumber malapetaka bagi negeri ini. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS.Thaaha:124

`Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta`(TQS.Thaaha:124)

Untuk itu perubahan hakiki hanya akan terwujud jika kita mengambil dan menerapkan Islam secara Kaffah. Sebagaimana difahami bahwa kunci keberkahan hidup adalah bertakwa kepada Allah SWT. Tentu dengan takwa yang sebenar-benarnya. Takwa yang sebenarnya tidak lain dengan mengikuti seluruh petunjuk Allah SWT di dalam al-Quran. Artinya, tidak ada ketakwaan tanpa sikap mengikuti al-Quran. Allah SWT berfirman:
`Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati. Karena itulah, ikutilah dia dan bertakwalah agar kalian diberi rahmat`. (TQS al-Anam [6]: 155).

Karena al-Quran merupakan sumber keberkahan hidup, maka hanya dengan mengikuti al-Quran saja keberkahan hidup itu bisa dirasakan oleh setiap Muslim. Firman Allah SWT:
`Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu sehingga Kami menyiksa mereka karena perbuatan yang mereka kerjakan`. (TQS al-Araf [7]: 96).

Walhasil, keberkahan hanya akan terwujud jika kita meninggalkan semua hukum jahiliah yaitu kapitalis demokrasi, yang telah terbukti mendatangkan berbagai malapetaka. Lalu berjuang untuk menerapkan  Islam  kâffah dalam seluruh aspek kehidupan sehingga perubahan secara hakiki bisa terealisasi untuk meraih ridho Illahi. Hal itu hanya dapat terwujud dalam institusi Khilafah ala minhâj an-nubuwwah. Maka inilah yang harus kita wujudkan dan kita perjuangkan. Wallahu`alam bisshawab