Puluhan Ribu Umat Islam Hadiri Rapat dan Pawai Akbar di Medan

Dakwahsumut.com, Medan. Sebagai bentuk kecintaan pada syariah dan Khilafah puluhan ribu kaum muslim dari sejumlah kabupaten/kota di Sumatera Utara (Sumut), Minggu (10/5) memadati stadion Teladan, Medan. Mereka menggelar Rapat dan Pawai Akbar 1436 H dengan tujuan untuk mengkampanyekan syariah dan khilafah sebagai solusi atas persoalan umat.

Selain mendengarkan orasi, massa yang diorganisir Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) wilayah Sumut itu juga menggelar pawai berjalan kaki menuju Mesjid Raya Jalan Sisingamangaraja Medan. Iring-iringan panjang peserta pawai yang sangat pajang dipandu kelompok marching band itu sempat membuat ruas jalan yang dilalui mengalami kemacetan. Namun berkat kesigapan aparat kepolisian dibantu panitia acara, kemacetan cepat terurai. Terlebih peserta pawai berjalan dengan tertib.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) HTI Sumut, Irwan Said Batubara dalam keterangan persnya kepada wartawan memaparkan pandangan HTI tentang ancaman yang sedang berlangsung atas negeri ini.

Liberalisme dan neo imperialisme, katanya, telah membuat negeri Indonesia yang kaya sumber daya alam menjadi miskin dan terpuruk. Itu dapat dilihat dari fakta bahwa kesenjangan ekonomi sangat jelas, angka kemiskinan kian tinggi, kerusakan moral anak-anak bangsa, hingga korupsi dan kriminalitas yang merajalela.

"Jelas sekali, negeri ini harus diselamatkan, dan menurut HTI, tidak ada jalan lain kecuali dengan Islam," ucapnya didampingi Marwan Rangkuti, Humas HTI Sumut.

Sebelumnya, Ustadz Fatih al Malawy dalam orasi agamanya mengatakan bahwa penerapan syariah Islam secara kaffah akan memberikan kerahmatan bagi seluruh alam.

"Muslim maupun non muslim akan merasakan kebahagiaan hidup di dalam naungan syariah Islam," ucapnya.

Hal itu bisa dijamin oleh Islam, paparnya, karena penerapannya yang total akan melahirkan perlindungan terhadap agama, akal, harta, jiwa, keturunan, keamanan serta terwujudnya keadilan, kedamaian dan kesejahteraan. Sejarah juga telah membuktikan bagaimana ketika Islam memimpin selama 1400 tahun, ilmu pengetahuan dan pendidikan mencapai perkembangan yang menakjubkan. Sastra dan filsafat juga mengalami kemajuan luar biasa.

"Sejarawan terkemuka antara lain Will Durant dalam The Story of Civilization yang mengakui kehebatan peradaban Islam," ucapnya.

Ustadz Azwir Ibnu Aziz selaku pemateri lainnya pada orasi itu menyampaikan fakta negeri - negeri muslim khususnya Indonesia kini keadaannya berbanding terbalik dengan kondisi negeri-negeri pada masa kejayaan Islam. Kini, justru jauh dari kesejahteraan. Malahan kekayaan negeri ini dieksploitasi secara brutal oleh asing dengan cara membeli kewenangan dan kekuasaan para pemimpin dan elit negeri ini.

"Kekayaan alam yang seharusnya untuk kesejahteraan rakyat justru dihisap oleh korporasi domestik maupun asing," ucapnya.

Sementara itu, ustadz Adam Romulo dari kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) HTI di Jakarta dalam orasinya memaparkan tentang kewajiban umat Uslam untuk berhukum pada hukum Allah SWT. Dia mengutip Quran surat Yusuf ayat 40 perihal kewajiban menolak hukum yang bukan berasal dari Islam.

"Dengan keimanan, maka umat Islam wajib menolak demokrasi karena sistem itu menjadikan manusia sebagai pembuat hukum," paparnya.

Demokrasilah, tambahnya, yang memberikan kesempatan kepada kapitalis global untuk menancapkan pengaruhnya di Indonesia hingga lahir perundang-undangan yang sangat liberal dipengaruhi kepentingan asing, seperti kebijakan liberalisasi migas secara total. (Dani/Ali)