DUA GARIS BERAKHIR MIRIS


Oleh: Ummu Sholeha (Ibu Rumah Tangga, Aktivis Muslimah Medan)

Belum selesai polemik film 'Kucumbu Tubuh Indahku' yang diboikot oleh beberapa pemerintah kota yang ditengarai dapat menjerumuskan pada perilaku LGBT, kini muncul lagi film kontroversi selanjutnya  yakni film 'Dua Garis Biru'.

Dua Garis Biru memicu kontroversi. Sejumlah pihak menilai film ini 'melegalkan kebebasan' dalam berpacaran.

Beberapa scene di trailer menunjukkan proses pacaran sepasang remaja yang melampaui batas, terlebih ketika menunjukkan adegan berduaan di dalam kamar yang menjadi rutinitas mereka.

Scene tersebut tentu tidak layak dipertontonkan pada generasi muda, penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa tontonan dapat mempengaruhi manusia untuk meniru dari apa yang telah ditonton.

Maka muncullah aksi di sosial media untuk beramai-ramai memboikot film ini, bahkan sebelum penayangannya di bioskop sudah muncul petisi untuk tidak meloloskan film tersebut.

Berharap film ini sepi penonton justru yang terjadi malah sebaliknya Film Dua Garis Biru sudah meraih lebih dari satu juta penonton dalam enam hari penayangan perdananya. Hal itu disampaikan langsung oleh sutradara sekaligus penulis film Gina S. Noer melalui akun Twitternya.

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menyoroti film Dua Garis Biru yang dibintangi Angga Yunanda dan Zara JKT48.  Mereka menggelar sesi nonton bareng sekaligus diskusi di Blok M Plaza, Jakarta Selatan, Jumat (19/7/2019 guna membahas film yang sempat menjadi kontroversi tersebut.

Eko Maryadi selaku Direktur Eksekutif PKBI mengaku sangat mengapresiasi film garapan Gina S. Noer. Menurutnya, film tersebut bisa menjadi tontonan yang tepat buat mengedukasi remaja soal seks bebas.

"Saya pengen kasih rating dari satu sampai lima, saya akan kasih rating lima buat film ini. Kenapa PKBI tertarik membuka diskusi ini? Pertama, kita melihat bahwa sudah ada revolusi informasi, revolusi teknologi. Salah satu yang menjadi aktor dan berpotensi jadi korban itu adalah para remaja," ujar Eko Maryadi.

Film dua garis biru dan film-film sejenisnya bisa jadi akan terus bermunculan ditengah semakin maraknya arus sekulerisme dan liberalisme yang sangat mengagungkan kebebasan berbuat dan bertingkah laku.

Namun upaya pemboikotan agar tidak menonton film tersebut bukanlah solusi terbukti dengan banyaknya penonton karena disebabkan penasaran terhadap film tersebut.

Serta patut  pula di waspadai terhadap narasi-narasi kapitalistik guna mencari keuntungan sebesar-besarnya dan memboomingkan film tersebut dengan cara aksi pemboikotan di media sosial. Karena bisa saja orang yang pertama kali mensosialisasikan pemboikotan adalah orang yang mempromosikan.

Kita sebagai kaum muslimin harus tetap berhati-hati. Karena para kapitalis akan melakukan muslihat apapun untuk meraih keuntungan.

Dalam sistem kehidupan sekuler liberal saat ini, kebebasan berperilaku begitu diagung-agungkan.  Negara pun lepas terhadap berbagai permasalahan yang di munculkan oleh ide itu, kalau ada produk UUD yang di hasilkan kenyataannya justru semakin mengokohkan ide tersebut. Akibatnya, benar dan salah menjadi kabur, halal-haram tak dapat jelas dibedakan. 

Sistem seperti ini pun telah menyeret ‘orang baik’ untuk berbuat maksiat dan pelaku maksiat semakin kuat.

Di sisi lain, tindakan gaul bebas sebenarnya tak bisa dilepaskan dari banyaknya rangsangan seksual.  Sebab, sebagai manifestasi dari naluri manusia, kecenderungan kepada lawan jenis pada umumnya muncul apabila ada rangsangan. 

Sebaliknya, bila tidak ada rangsangan maka dorongan seksual kepada lawan jenis tidak muncul.  Banyaknya sarana yang merangsang munculnya naluri seksual memang tak bisa dilepaskan dari sistem sekuler liberal yang saat ini diterapkan.

Dengan paradigma ini, maka yang perlu dilakukan tentu bukan saja membentengi individu dengan pemahaman yang benar melalui penanaman nilai-nilai agama saja. Namun, diperlukan pula upaya lain untuk mencegah munculnya rangsangan bagi kecenderungan kepada lawan jenis.

Penanaman nilai-nilai Islam tentu menjadi syarat utama untuk menumbuhkan sikap imun (kebal) terhadap semua bentuk serangan kemaksiatan.

Dengan pembinaan akidah dan hukum-hukum Islam, diharapkan para remaja mampu mengatur perilakunya sehingga tidak terjerumus pada pergaulan bebas.

Orang tua juga sangat berperan penting dalam menumbuhkan kesadaran individu Mereka mampu memberikan bimbingan agama, perhatian dan kasih sayang yang cukup.

Ketika anak-anak mendapatkan penyaluran naluri berupa perhatian dan kasih sayang maka ia tidak akan mencari dari luar.

Kawalan masyarakat sangat diperlukan disamping untuk menguatkan apa yang telah dilakukan oleh individu dan orang tua juga akan mencegah suburnya berbagai rangsangan dalam masyarakat.

Jika masyarakat mampu melakukan amar makruf nahi munkar, tidak memberikan kemudahan-kemudahan yang mengarah kepada kemaksiatan dan menjauhi sikap permisif terhadap semua bentuk kemunkaran, pornoaksi dan pornografi, niscaya rangsangan dapat diminimalkan.

Sebuah ironi terjadi dalam masyarakat; di tengah-tengah rusaknya pergaulan muda mudi, justru sebahagian masyarakat menghendaki dan menikmati tayangan porno baik di media televisi maupun tempat-tempat hiburan.

Bagaimana mungkin individu yang telah berusaha membentengi dirinya di rumah dan sekolah dengan penguatan akidah dan pemahaman hukum syariat tidak terpengaruh, sementara peluang untuk melanggar itu semua ada di hadapan mereka?

Demikian pula dengan kebiasaan menikahkan pasangan yang telah hamil sembari tidak memberikan hukuman moral, tentu telah menambah terangnya lampu hijau bagi pergaulan bebas.

Peranan Negara adalah yang paling penting dalam membentuk sistem dan tata aturan dalam masyarakat untuk mengendalikan rangsangan ini dan berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh sistem interaksi yang salah.

Masalahnya, hingga saat ini negeri yang mayoritas muslim ini masih enggan untuk menerapkan sistem Islam, ketika pun ada orang yang memperjuangkan kembalinya sistem Islam maka Negara justru hadir untuk menghadang orang-orang tersebut.

Ya kaum muslimin harus menyadari bahwa hanya dengan sistem Islam lah satu-satunya yang mampu menuntaskan seluruh permasalahan umat.

Inilah sistem sempurna yang di tetapkan oleh Sang Pencipta manusia, guna mengatur kehidupan.

Sudah saatnya mencampakkan kapitalis sekuler yang merupakan biang permasalahan. Kemudian menerapkan syari'ah Islam secara kaffah dan Islam hanya akan bisa terwujud dalam Daulah Khilafah Islamiyyah.

Wallahua'lambishawab.